Minggu, 28 September 2014

10 Resep Sukses Bangsa Jepang

Hari Jum'at yang lalu, tepatnya tanggal 26 September, saya mengikuti seminar dari PT. Kimia Farma (Persero) Tbk di Aula SMA Negeri 9 Manado. Fyi, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk adalau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang farmasi atau obat-obatan. Saya sangat tertarik dengan tema yang dibawakan oleh kakak-kakak dari PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, yaitu 10 Resep Sukses Bangsa Jepang, yang akan saya tulis dalam pos yang keempat ini. Happy reading! :)

1. KERJA KERAS
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun. Sangat jauh perbedaannya dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Bahkan, fenomena Karoshi atau mati karena kerja keras mungkin hanya ada di Jepang. 

2. HEMAT
Orang-orang Jepang sudah terbiasa dengan hidup hemat, bahkan sudah seperti mendarah daging di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Contohnya seperti ini, banyak keluarga Jepang yang tidak memiliki mobil. Bukan karena tidak mampu membelinya, tapi karena lebih hemat menggunakan bus dan kereta untuk bepergian. Professor Jepang juga terbiasa naik sepeda tua ke kampus, bersama-sama dengan mahasiswa-mahasiswanya.

3. INOVASI
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Orang Jepang memiliki tiga prinsip dalam berinovasi, yaitu ATM. ATM adalah singkatan dari Amati, Tiru dan Modifikasi. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata, Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah. Mobil yang dihasilkan juga relatif lebih murah, ringan, mudah dikendarai, mudah dirawat dan lebih hemat bahan bakar.

4. BUDAYA MALU
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri atau bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Di dunia modern (sekarang), orang-orang Jepang malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum. Mereka secara otomatis langsung membentuk antrian dalam setiap keadaan yang membutuhkan, seperti pembelian tiket kereta, masuk ke stadion untuk nonton sepak bola, di halte bus, bahkan untuk memakai toilet umum di stasiun-stasiun. Mereka berjajar rapi menunggu giliran. 

5. BUDAYA BACA
Salah satu faktor pendukung budaya baca orang Jepang adalah kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan. Wuih, keren!

6. KERJA SAMA
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok”. 

7. LOYALITAS
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun.Hofu dulunya adalah kota industri yang sangat tertinggal dengan penduduk yang terlalu padat. Loyalitas penduduk untuk tetap bertahan (tidak pergi ke luar kota) dan punya komitmen bersama untuk bekerja keras siang dan malam akhirnya mengubah Hofu menjadi kota makmur dan modern. Bahkan saat ini kota industri terbaik dengan produksi kendaraan mencapai 160.000 per tahun.

8. MENJAGA TRADISI
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan. 

9. PANTANG MENYERAH
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia. Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita, lho.

10. MANDIRI
Yang paling terakhir adalah sikap mandiri dari orang-orang Jepang. Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Anak-anak Yochien atau Taman Kanak-Kanak, harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento atau tampat makan yang diisi makan siang, sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri.

Itulah 10 Resep Sukses Bangsa Jepang yang saya ambil poin-poinnya berdasarkan yang saya dapatkan dan masih saya ingat dari seminar hari Jum'at lalu. Yuk, mulai sekarang kita mencoba belajar sisi Jepang yang baik, yang bisa diambil untuk membangun Indonesia. Kalau ditanya apakah semua sisi bangsa Jepang selalu baik, tentu jawabannya tidak. Banyak juga budaya negatif yang tidak harus kita contoh. Tetap semangat! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar